Hallo sobat, judul artikelnya agak nyeleneh ya, tapi ini benar-benar sebuah fakta yang harus diungkap. Aku anak kampung yang hijrah ke Kota karena tuntutan pendidikan dan berakhir dengan episode jodoh akhirnya dapat orang Kota juga. Inilah yang disebut jodoh ditangan Tuhan.
Hufft, kita bukan lagi ngebahas jodoh ya. Dahulu, di kampungku pemikiran orang-orang sangat klasik, jauh berbeda dengan kenyataan yang kualami sekarang. Jika kita merantau ke tempat yang jauh lalu kembali ke kampung halaman tentu orang ingin melihat dan menilai apakah kita sukses atau tidak?
Kebanyakan sih, tapi tidak semuanya orang-orang di kampung halaman akan menganggap kita orang yang sukses ketika kembali ke kampung berpakaian rapi, memiliki mobil dan tentu meraih jabatan tertentu saat berada di tanah rantau. Apalagi, tujuan kita merantau adalah kuliah dan bekerja. Entah, apakah gaya berpikir seperti itu masih ada atau tidak sekarang? Ku rasa sih masih ada meskipun sedikit.
Aku bukan menyalahkan penilaian orang tersebut, semua bisa dipahami. Lagi-lagi, aku harus ngomong tentang pengalaman. Dulu, saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) saat sudah lulus dibayanganku adalah aku harus bisa lanjut lagi sekolah ke jenjang selanjutnya. Dorongan hasrat dalam hati beradu jadi satu dengan motivasi orang tua ku dulu yang selalu mendukung keputusan anaknya.
Nasib memang sudah harus aku jalani. Dikampung hanya ada sekolah tingkat dasar, untuk lanjut ke jenjang sekolah menengah aku dan teman sebayaku harus meninggalkan kampung entah itu dengan cara menginap atau pulang pergi. Berbeda jauh dengan kondisi sekarang ketersediaan jenjang sekolah sudah ada dikampung.
Pilihan akhirnya aku jalani, hingga akhirnya duduk dibangku SMA. Ini adalah tahap awal proses pembentukan gaya berpikir. Pada episode hidup seperti ini aku selama kurang lebih sejak SMP hingga SMA kurang lebih 7 tahun tinggal bersama sanak keluarga dari ibu ku. Kedua orang tua ku lebih mempercayakan ku kepada mereka untuk aku bisa melanjutkan sekolah.
Sampai pada bangku SMA, aku mulai tertarik dan membuka potensi diriku. Mulai dari berbagai macam ekstrakulikuler (eskul) sekolah semua aku ikuti. Ini adalah momen dimana aku mengenal dunia blog. Mulai menulis dan membuat blog sederhana untuk sekolahku. Uniknya, blog yang aku buat pertama kali dengan niche berita. Ide ku dulu berawal ingin membuat sumber informasi untuk mengenalkan sekolah ku, agar orang diluar sana mengenal dan tahu keberadaan sekolahku. Apalagi pada saat itu aku memiliki beberapa teman yang membanggakan nama sekolah ku juara olimpiade dan sebagainya sehingga aku berhasrat ingin sekolah ku diliput oleh media.
Namun mimpiku nampaknya terlalu besar, dulu bermodal handphone sederhana dengan akses internet E (Edge) aku berusaha memanfaatkan untuk membuat blog, kebayang rasanya belajar mengedit kode template (html) yang sangat rumit. Akhirnya blog sederhana ku pun jadi, namun lagi-lagi keterbatasan fasilitas memaksaku berhenti menulis di blog.
Selepas SMA aku lanjut kuliah di sebuah Kota. Kehidupan jauh berbeda drastis, dibanding dahulu. Karena ini pertama kalinya aku sewa kos untuk tempat tinggal. Untuk memikirkan hidup hari demi hari semua aku pikirkan. Tapi akhirnya aku jalani, ketertarikan ku menulis semakin besar hingga beberapa kompetisi menulis apapun itu aku ikuti. Berakhir dengan ide kembali membuat blog pribadi.
Disini, aku memiliki sebuah ide yang hingga saat ini sedang aku rintis. Hingga aku selesai kuliah, aku memang sudah bekerja pada salah satu instansi swasta. Namun, aku masih saja berpikir untuk lepas dari belenggu diperbudak oleh orang lain. Sebesar apapun gaji di perusahaan, jika ide dan pikiran terpenjara tentu tidak enak, oleh sebab itu aku ingin berkembang. Aku saat ini sedang merintis sebuah media pemberitaan sederhana, untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Aku juga ingin mandiri dari sebuah project yang aku buat dan bermimpi bisa merekrut orang lain agar bisa sama-sama berjalan mencapai kesuksesan.
Dunia sekarang sudah berubah kearah yang lebih cepat. Dahulu ada istilah, "siapa cepat dia yang dapat" dan sekarang itu terjadi. Semua berkompetisi kearah sana, tapi aku dengan caraku sendiri, berjalan bersama arus dan tetap harus berpikir bermanfaat bagi orang lain. Semoga mimpi ini menjadi nyata dan unutk kesana. Lihat langkahku semoga kalian yang membaca ini menjadi bagiannya.
Sukses bagiku, bukan sekedar punya mobil, rumah dan berjas kesana-kemari. Tapi sukses adalah jika kita bisa memberikan peluang ide dan gagasan kita bermanfaat bagi sesama.
