Tuesday, July 17, 2018

Erau dan Harapan Besar Untuk Kutai Kartanegara


Siapa yang tidak mengenal Erau? Sebuah festival budaya akbar tahunan yang selalu menarik perhatian banyak orang. Acara yang digelar penuh makna tersebut menjadi bukti bahwa kehadiran budaya dahulu tidak akan pernah hilang meski zaman sudah berubah.

Berbagai pertunjukan kesenian dari berbagai lintas suku di Kalimantan Timur, Indonesia bahkan dunia menjadi tontonan bersama. Tidak peduli darimana kalian lahir, bagaimana status sosial dan sehebat apa diri kita. Semua menyatu dalam semangat cinta untuk Kalimantan Timur yang kaya. 

Ada yang menarik dengan pelaksanaan Erau 2018 kali ini di Tenggarong sebagai pusat ibu jota Kabupaten Kutai Kartanegara, yaitu pelaksanaan Erau akan dihadiri oleh 7 negara untuk menampilkan kesenian dan budaya mereka. Itu berarti, tingkat kunjungan orang yang masuk ke Kutai Kartanegara khususnya Kota Tenggarong akan meningkat, keramaian diberbagai lokasi acara akan disesaki oleh kerumunan manusia. Erau menjadi ekspresi keunikan Kutai Kartanegara khususnya dan Kalimantan Timur pada umumnya.

Sebagai orang asli yang tinggal di Kabupaten penuh kekayaan alam ini, ada rasa haru dan rindu menyambut Erau tahun 2018. Ini hanya sekedar ungkapan pribadi yang tidak ingin bersifat menyinggung atau melukai orang atau kelompok lain. Aku ingin mengatakan Erau kali ini adalah wujud harapan masyarakat Kutai Kartanegara akan rindunya pembangunan yang merata.

Bayangkan dulu, sekitar tahun 2002 adalah momentum pertama kali aku hadir dan menyaksikan Erau dengan tema "Festival Keraton Nusantara". Usia ku dulu masih sangat belia sekitar kelas 2 SD. Tapi, aku masih mengingat jelas kenangan dulu. Sebuah Kota yang menjadi tuan rumah Erau yaitu Kota Tenggarong berdiri dan bersolek dengan megahnya. Berbagai jenis lampu berkerlipan menyala menghiasi Kota Raja Tenggarong. Jembatan Kukar pertama sebelum ambruk menjadi ikon Kota Raja yang tidak akan pernah terlupakan sepanjang masa ketika berkunjung pada festival Erau.

Aku rindu kenangan itu, saat ku lihat sosok Almarhum H.Syaukani, HR, MM (Pak Kaning) mantan Bupati Kutai Kartanegara dengan gagah memimpin Kukar dengan segala pembangunannya.

Saat ini, ada yang beda. Sesuatu yang sulit ku gambarkan dengan kata-kata. Entah karena dunia mulai menua atau memang ini sudah saatnya. Kutai Kartanegara yang biasa dengan megahnya dahulu kala, kini tampak biasa-biasa saja. Tata Kota yang biasa penuh warna, kini dipaksa bersolek karena ada perhelatan yang akan disambutnya.

Kepala Naga yang berada tepat disamping Komplek Perkantoran Bupati Kukar menjadi saksi bisu pembangunan yang kian tidak menentu. Defisit anggaran yang didengungkan seakan menjadi phobia nyata bagi rakyat Kutai Kartanegara, padahal kita akan menyambut acara penuh suka dan cinta yaitu Erau.

Apa yang beda? Lalu bagaimanakah kita menyikapinya? Setiap waktu memiliki kejayaannya, kini Kutai Kartanegara tengah mencoba bangkit dari keterpurukannya. Erau 2018 ini semoga menjadi wujud do'a dan ekspresi harapan masyarakat Kutai Kartanegara untuk membangun daerahnya, memperbaiki kesalahan di masa lalu dan mencoba menatanya kembali. Tidak ada waktu yang terlambat, dunia ini hanya sementara, lakukan yang terbaik untuk kita bersama melalui Erau 2018 mari kita merajut cinta dan asa untuk Kutai Kartanegara yang sejahtera dan berbudaya.

Comments


EmoticonEmoticon